1. Asam Amino
Asam amino adalah molekul yang mengandung gugus amino (–NH2) dan gugus karboksil (–COOH). Asam amino disebut juga asam α-amino yang merupakan monomer dari protein (polipeptida). Struktur umum asam amino ditunjukkan pada Gambar 1.
Di dalam protein, asam-asam amino diikat bersama melalui ikatan peptida,
yaitu ikatan C–N hasil reaksi kondensasi antara gugus karboksil dengan
gugus amino dari asam amino lain. Perhatikan reaksi kondensasi berikut.
Reaksi tersebut merupakan contoh dipeptida, yaitu molekul yang dibentuk
melalui ikatan peptida dari dua asam amino. Suatu polipeptida (protein)
adalah polimer yang dibentuk oleh sejumlah besar asam amino melalui
ikatan peptida membentuk rantai polimer.
Terdapat 20 macam asam amino yang ditemukan pada protein. Setiap asam
amino berbeda dalam hal gugus R, atau rantai samping. Rantai samping
menentukan sifat-sifat asam amino.
Nama-nama asam amino lebih dikenal dengan nama trivial daripada nama
sistematisnya (IUPAC) sebab lebih sederhana dan mudah diingat. Singkatan
nama asam amino diambil tiga huruf dari nama asam amino. Sembilan dari
asam amino bersifat nonpolar dan asam amino lainnya bersifat polar
sehingga dapat terionisasi atau membentuk ikatan hidrogen dengan asam
amino lain atau dengan air. Terdapat sepuluh macam asam amino esensial
(asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak dapat disintesis oleh
tubuh, tetapi harus dikonsumsi dari makanan). Kesepuluh asam amino
tersebut, yaitu valin, leusin, isoleusin, lisin, histidin, fenilalanin,
triftofan, treonin, metionin, dan arginin (hanya diperlukan oleh
anak-anak yang sedang tumbuh).
Tabel 1. Komposisi Unsur dalam Kuning Telur
Unsur
|
C
|
H
|
N
|
O
|
S
|
Persentase (%)
|
50–55
|
7–8
|
15–19
|
19–24
|
0–2,5
|
2. Struktur dan Bentuk Protein
Struktur protein dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu
struktur primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Struktur primer
adalah struktur linear dari rantai protein. Dalam struktur ini tidak
terjadi antaraksi, baik dengan rantai protein yang lain maupun di antara
asam amino dalam rantai protein itu sendiri.
Struktur sekunder adalah struktur dua dimensi dari protein. Pada struktur ini terjadi lipatan (folding) beraturan, seperti α–heliks dan β–sheet, akibat adanya ikatan hidrogen di antara gugus-gugus polar dari asam amino dalam rantai protein.
Struktur tersier merupakan struktur tiga dimensi sederhana dari rantai
protein. Dalam struktur ini, selain terjadi folding membentuk
struktur α–heliks dan β–sheet, juga terjadi antaraksi van der Waals dan antaraksi gugus nonpolar yang mendorong terjadi lipatan.
Struktur tertinggi dari protein adalah struktur kuarterner. Dalam
struktur ini, protein membentuk molekul kompleks, tidak terbatas hanya
pada satu rantai protein, tetapi beberapa rantai protein bergabung
membentuk seperti bola.
Jadi, pada struktur kuartener molekul protein di samping memiliki ikatan
hidrogen, gaya van der Waals, dan antaraksi gugus nonpolar, juga
terjadi antaraksi antar rantai protein baik melalui antaraksi polar,
nonpolar, maupun van der Waals. Contoh dari struktur ini adalah molekul
Hemoglobin, tersusun dari empat subunit rantai protein.
Pada buku Sukmanawati, W. 2009. Kimia 3 : Untuk SMA/ MA Kelas XII.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 266
Efek Pengolahan Terhadap Protein
Dari semua proses pengolahan bahan
pangan, yang paling sering digunakan adalah pemanasan. Pemanasan protein dapat
menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi baik yang diharapkan maupun yang tidak
diharapkan. Reaksi-reaksi tersebut diantaranya denaturasi, kehilangan aktivitas
enzim, perubahan kelarutan dan hidrasi, perubahan warna, derivatisasi residu
asam amino, cross-linking, pemutusan ikatan peptida, dan pembentukan senyawa
yang secara sensori aktif. Reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan,
pH, adanya oksidator, antioksidan, radikal, dan senyawa aktif lainnya khususnya
senyawa karbonil. Beberapa reaksi yang tidak diinginkan dapat dikurangi.
Penstabil seperti polifosfat dan sitrat akan mengikat Ca2+, dan ini
akan meningkatkan stabilitas panas protein whey pada pH netral. Laktosa
yang terdapat pada whey pada konsentrasi yang cukup dapat melindungi protein
dari denaturasi selama pengeringan semprot (spray drying).
a.
Denaturasi
Denaturasi
protein merupakan
suatu proses perubahan struktur molekul tanpa adanya pemutusan ikatan kovalen.
Dalam proses ini, terjadi pemecahan ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik,
ikatan garam dan terbukanya lipatan molekul protein. Ada dua
macam denaturasi, yaitu pengembangan rantai peptida dan pemecahan protein
menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul ikatan.
Ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi adalah:
1. Ikatan Hidrogen
2. Ikatan Hidrofobik
3. Ikatan Ionik
4. Ikatan Intramolekuler
Denaturasi
protein mengakibatkan turunnya kelarutan, peningkatan
viskositas, hilangnya aktifitas biologi dan protein mudah diserang enzim
proteolitik. Peningkatan vikositas pada protein yang
terdenaturasi akan berpengaruh pada penurunan kelarutan di dalam cairan yang
menyebabkan protein menjdi mudah mengendap. Denaturasi juga menyebabkan protein
kehilangan karakteristik struktural dan beberapa kandungan senyawa di dalamnya,
namun struktur utama protein seperti C, H, O dan N tidak akan berubah. Namun
hal tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil jenis protein.
Bila susunan ruang atau rantai
polipeptida suatu molekuk protein berubah, maka dapat dikatakan protein
tersebut terdenaturasi. Sebagian protein globular mudah mengalami denaturasi.
Jika ikatan – ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak, molekul
akan mengembang. Kadang – kadang perubahan ini memang dikehendaki dalam
pengolahan makanan, tetapi sering pula dianggap merugikan sehingga perlu dicegah.
Sisi merugikan dari denaturasi :
1. Protein kehilangan
aktivitas biologi
2. Pengendapan protein
3. Protein kehilangan
beberapa sifat fungsional
Sisi menguntungkan dari denaturasi:
1. Denaturasi panas pada
inhibitor tripsin dalam legum dapat meningkatkan tingkat ketercernaan dan
ketersediaan biologis protein legume
2. Protein yang
terdenaturasi sebagian lebih mudah dicerna, sifat pembentuk buih dan emulsi
lebih baik daripada protein asli
3. Denaturasi oleh panas
merupakan prasyarat pembuatan gel protein yang dipicu panas
Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan suatu protein mengalami denaturasi antara lain :
1. pH
2. Suhu Lingkungan
3. Alkohol
4. Aliran Listrik
5. Agen Pereduksi
6. Tekanan
7. Senyawa Kimia
Macam-macam denaturasi protein :
1. Denaturasi Karena Asam Basa
Denaturasi protein dengan penambahan
asam basa ditandai dengan peningkatan kekeruhan hingga terbentuk gumpalan pada
saat mencapai pH isoelektris. pH isoelektris adalah keadaan saat protein
memiliki muatan positif dan negatif yang sama (Anna, P., 1994). Dengan adanya
muatan ionik maka asam dan basa akan merusak jembatan garam didalam protein
tersebut. Denaturasi akibat asam / basa terjadi ketika adanya penambahan kadar
asam atau basa pada garam protein yang dapat memutus kandungan struktur dari
protein tersebut karena terjadi subtitusi ion negatif dan positif pada garam
dengan ion positif dan negatif pada asam atau basa (Vladimir, 2007). Reaksi ini
terjadi di dalam sistem pencernaan, saat asam lambung mengkoagulasi susu yang
dikonsumsi.
2. Denaturasi Karena Logam Berat
Garam logam berat mendenaturasi
protein sama dengan halnya dengan asam dan basa. Garam logam berat umumnya
mengandung Hg+2, Pb+2, Ag+1Tl+1, Cd+2
dan logam lainnya dengan berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara
garam logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein – logam yang
tidak larut (Ophart, C.E., 2003). Protein akan mengalami presipitasi bila
bereaksi dengan ion logam. Pengendapan oleh ion positif (logam) diperlukan pH
larutan di atas pI karena protein bermuatan negatif, pengendapan oleh ion
negatif diperlukan pH larutan di bawah pI karena protein bermuatan positif.
Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein adalah; Ag+, Ca++,
Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++,
sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah; ion
salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan sulfosalisilat. Denaturasi akibat
campuran logam berat pada protein, hal ini terjadi karena ikatan sulfur pada
protein tertarik oleh ikatan logam berat sehingga proses denaturasi terjadi
dengan adanya perubahan struktur kandungan senyawa pada protein tersebut saat
ion pada protein bereaksi dengan ion logam berat yang tercampur didalamnya (Vladimir.
2007)
3. Denaturasi karena Panas
Denaturasi akibat panas menyebabkan
molekul – molekul yang menyusun protein bergerak dengan sangat cepat sehingga
sifat protein yaitu hidrofobik menjadi terbuka. Akibatnya, semakin panas,
molekul akan bergerak semakin cepat dan memutus ikatan hidrogen di dalamnya
(Vladimir, 2007). Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan
interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat
meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak
atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut.
Denaturasi dengan suhu panas yang dilakukan pada buah-buahan akan mengakibatkan
berkurangnya kadar air dan bertambahnya viskositas atau kekentalan kadar protein
yang tertanam pada buah yang mengalami denaturasi akibat suhu panas (Vladimir,
2007). Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan
mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan
terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi
tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini
biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit.
4. Denatursi karena alkohol
Alkohol juga dapat mendenaturasi
protein. Alkohol seperti kita ketahui umumnya terdapat kadar 70% dan 95%.
Alkohol 70% bisa masuk ke dinding sel dan dapat mendenaturasi protein di dalam
sel. Sedangkan alkohol 95% mengkoagulasikan protein di luar dinding sel dan
mencegah alkohol lain masuk ke dalam sel melalui dinding sel. Sehingga yang
digunakan sebagai disinfektan adalah alkohol 70%. Alkohol mendenaturasi protein
dengan memutuskan ikatan hidrogen intramolekul pada rantai samping protein.
Ikatan hidrogen yang baru dapat terbentuk antara alkohol dan rantai samping
protein tersebut.
5. Agen pereduksi merusak ikatan
disulfida
Ikatan disulfida terbentuk dengan
adanya oksidasi gugus sulfhidril pada sistein. Antara rantai protein yang
berbeda yang sama-sama memiliki gugus sulfhidril akan membentuk ikatan disulfida
kovalen yang sangat kuat. Agen pereduksi dapat memutuskan ikatan disulfida,
dimana penambahan atom hidrogen sehingga membentuk gugus tiol; -SH.
b. Reaksi Maillard
Reaksi antara protein dengan gula
pereduksi merupakan sumber utama menurunnya nilai gizi protein pangan selama
pengolahan dan penyimpanan. Reaksi maillard ini dapat terjadi pada waktu
pembuatan (pembakaran) roti, produksi breakfast cereals (serpihan jagung,
beras, gandum, dll), dan pemanasan daging terutama bila terdapat bahan pangan
nabati. Pada pembakaran roti, kehilangan zat gizi yang cukup besar tersebut
terutama terjadi pada bagian yang berwarna coklat (crust) karena
terjadinya reaksi dengan gula pereduksi yang dibentuk selama proses fermentasi
tetapi tidak habis digunakan oleh khamir dari ragi roti. Meskipun gula-gula
nonreduksi (misalnya sukrosa) tidak bereaksi dengan protein pada suhu rendah,
tetapi pada suhu tinggi ternyata dapat menimbulkan reaksi maillard, yang pada
suhu tinggi terjadi pemecahan ikatan glikosidik dari sukrosa dan menghasilkan
glukosa dan fruktosa. Contoh lain adalah pada pengolahan susu sapi dengan
pemanasan karena susu merupakan bahan pangan berprotein tinggi yang juga
mengandung gula pereduksi (laktosa) dalam jumlah tinggi.
c. Pengolahan
panas yang tinggi
Pada pengolahan dengan menggunakan
panas yang tinggi, protein akan mengalami beberapa perubahan.
Perubahan-perubahan ini termasuk rasemisasi, hidrolisis, desulfurasi, dan deamidasi.
Kebanyakan perubahan kimia ini bersifat ireversibel, dan beberapa reaksi dapat
menghasilkan senyawa toksik.
1. Rasemisasi
Rasemisasi residu asam amino dapat
mengakibatkan penurunan daya cerna protein karena kurang mampu dicerna oleh
tubuh. Kerugian akan semakin besar apabila yang terasemisasi adalah asam amino
esensial. Pemanasan protein pada pH alkali dapat merusak beberapa residu asam
amino seperti Arg, Ser, Thr dan Lys. Arg terdekomposisi menjadi ornithine. Jika
protein dipanaskan pada suhu sekitar 200oC, seperti yang terjadi
pada permukaan bahan pangan yang mengalami pemanggangan, broiling, grilling,
residu asam aminonya akan mengalami dekomposisi dan pirolisis. Beberapa hasil
pirolisis yang diisolasi dari daging panggang ternyata bersifat sangat
mutagenik. Yang paling bersifat mutagenik adalah dari pirolisis residu Trp dan
Glu. Satu kelas komponen yaitu imodazo quinoline (IQ) merupakan hasil
kondensasi kreatinin, gula dan beberapa asam amino tertentu seperti Gly, Thr,
Al dan Lys, komponen ini juga toksik. Senyawa-senyawa toksik ini akan jauh
berkurang apabila pengolahan tidak dilakukan secara berlebihan (suhu lebih
rendah dan waktu yang lebih pendek).
2. Hidrolisis protein
Hidrolisis protein merupakan proses
pemutusan ikatan peptida dari protein menjadi komponen-komponen yang lebih
kecil seperti pepton, peptida dan asam amino. Hidrolisis
ikatan peptida akan menyebabkan beberapa perubahan pada protein, yaitu
meningkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan
COO- dan berkurangnya berat molekul protein atau polipeptida, serta
rusaknya struktur globular protein.
Waktu yang digunakan untuk
hidrolisis pada ikatan peptida bergantung pada asam amino. Biasanya, ikatan
peptida antara asam amino alifatik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
diuraikan. Hidrolisis yang memakan waktu
24 jam pada suhu 110oC kurang mampu memecahkan ikatan
peptida. Sedangkan hidrolisis yang memakan waktu 2-3 hari mampu menguraikan
dengan sempurna isoleusin dan ikatan valin.
PERMASALAHAN:
1.Jelaskan cara-cara untuk menghidrolisis
protein !
2.jelaskan metode analisa protein secara
kuatitatif?
3.jelaskan cara penggolongan protein?
4.jelaskan cara identifikasi pada protein?
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 4, yaitu:
BalasHapusJelaskan cara identifikasi pada protein?
Reaksi Identifikasi pada Protein
Ada beberapa reaksi yang biasanya digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap protein, diantaranya yaitu:
Reaksi buret dimana digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida.
Reaksi xantoproteat dimana digunakan untuk menunjukan adanya asam amino pada inti benzena.
Saya akan menjawab permasalahan yang ke-1
BalasHapusAda empat cara untuk menghidrolisis protein:
1. Hidrolisis Asam
Hidrolisis dengan menggunakan asam kuat anorganik, seperti HCl atau H2SO4 pekat (4-8 normal), lalu dipanaskan pada suhu mendidih atau dapat dilakukan dengan tekanan di atas satu atmosfer, selama beberapa jam. Akibat samping yang terjadi dengan hidrolisis asam ialah rusaknya beberapa asam amino (triptofan, sebagian serin dan threonin).
Cara lama: Protein dipanaskan dengan 6 N HCL selama 24 jam dengan suhu 110C
Cara cepat: Sampel protein diletakkan di tabung pada wadah tertutup yang berisi 6 N HCL dgn ruang kosong yang diisi oleh nitrogen. Wadah tersebut lalu diletakkan di oven selama 5-30 menit dengan suhu lebih dari 200C. Asam HCl akan terevaporasi dan dihidrolisasi oleh nitrogen.
2. Hidrolisis Basa
Hidrolisis protein menggunakan basa merupakan proses pemecahan polipeptida dengan menggunakan basa / alkali kuat, seperti NaOH dan KOH pada suhu tinggi, selama beberapa jam, dengan tekanan di atas satu atmosfer. Namun serin dan threonin rusak dengan basa.
3. Hidrolisis Enzimatik
Hidrolisis enzimatik dilakukan dengan mempergunakan enzim. Dapat digunakan satu jenis enzim saja, atau beberapa jenis enzim yang berbeda. Penambahan enzim perlu dilakukan pengaturan pada kondisi pH dan suhu optimum.
Dibandingkan dengan hidrolisis secara kimia (menggunakan asam atau basa), hidrolisis enzimatik lebih menguntungkan karena tidak mengakibatkan kerusakan asam amino dan asam-asam amino bebas serta peptida dengan rantai pendek yang dihasilkan lebih bervariasi, reaksi dapat dipercepat kira-kira 1012 sampai 1020, tingkat kehilangan asam amino esensial lebih rendah, biaya produksi relatif lebih murah dan menghasilkan komposisi asam amino tertentu terutama peptida rantai pendek (dipeptida dan tripeptida) yang mudah diabsorbsi oleh tubuh.
Salah satu cara lain untuk menghidrolisis kandungan protein dalam suatu bahan dapat menggunakan enzim proteolitik baik yang berasal dari bahan itu sendiri atau dengan penambahan enzim dari luar bahan. Enzim proteolitik yang ditambahkan dapat berasal dari hewan maupun dari tumbuhan. Menurut Reed (1975) enzim proteolitik atau enzim protease adalah enzim yang dapat memecah molekul-molekul protein dengan cara menghidrolisis ikatan peptida menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti proteosa, pepton, polipeptida, dipeptida dan sejumlah asam-asam amino.
4. Cross-Linking
Beberapa protein pangan mengandung cross-link intra- dan antarmolekul, contohnya adalah ikatan disulfida pada protein globular, di- dan trityrosine type cross-link pada protein serat seperti keratin, elastin dan kolagen. Salah satu fungsi cross-link pada protein alami adalah supaya tidak mudah dipecah oleh proteolisis. Pengolahan pangan, khususnya pada pH alkali, dapat menyebabkan pembentukan cross-link pada protein. Pembentukan ikatan kovalen antara rantai polipeptida ini dapat menurunkan daya cerna dan ketersediaan biologisnya, khususnya yang melibatkan asam amino esensial. Lisinoalanin adalah cross-link utama yang umum ditemukan pada protein yang diperlakukan pada kondisi alkali, hal ini terjadi karena ketersediaan residu lisil yang banyak terdapat dalam bahan pangan. Pada kondisi pengolahan yang normal, pembentukan lisinoalanin hanya sedikit, jadi tidak terlalu merugikan.
baiklah, saya akan mencoba menjawab permaslahan yang ke 2
BalasHapuspada dasarnya analisis protein dapat dlakukan dengan 2 metode , yaitu ;
Secara kualitatif terdiri atas ;
1) reaksi Xantoprotein
2) reaksi Hopkins-Cole
3) reaksi Millon
3) reaksi Nitroprusida dan
4) reaksi Sakaguchi
Sedangkan Secara kuantitatif terdiri dari ;
1) metode Kjeldahl
2) metode titrasi formol
3) metode Lowry
4) metode spektrofotometri visible (Biuret), dan
5) metode spektrofotometri UV.
berikut ini akan dijelaskan mengenai analisis protein secara kuantitatif :
Analisis protein dapat digolongkan menjadi dua metode, yaitu: Metode konvensional, yaitu metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi, titrasi), titrasi formol. Digunakan untuk protein tidak terlarut.
Metode modern, yaitu metode Lowry, metode spektrofotometri visible, metode spektrofotometri UV. Digunakan untuk protein terlarut.
1. Metode Kjeldahl
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
2. Metode Titrasi Formol
Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah p.p., akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 detik.
3. Metode Lowry
Prosedur :
Pembuatan reagen Lowry A : Merupakan larutan asam fosfotungstat-asam fosfomolibdat dengan perbandingan (1 : 1)
Pembuatan reagen Lowry B :Campurkan 2% natrium karbonat dalam 100 ml natrium hidroksida 0,1N. Tambahkan ke dalam larutan tersebut 1 ml tembaga (II) sulfat 1% dan 1 ml kalium natrium tartrat 2%.
4. Metode Spektrofotometri Visible (Biuret)
Pembuatan reagen Biuret
Pembuatan larutan induk bovin serum albumin (BSA)
Pembuatan kurva baku
Cara mempersiapkan sampel :
Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal albumin, endapkan dahulu dengan penambahan amonium sulfat kristal (jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan). Pisahkan protein yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit, pisahkan supernatannya. Presipitat yang merupakan proteinnya kemudian dilarutkan kembali dengan dapar asam asetat pH 5 misal sampai 10,0 ml. Ambil sejumlah µL larutan tersebut secara kuantitatif kemudian tambahkan reagen Biuret dan jika perlu tambah dengan dapar asetat pH 5 untuk pengukuran kuantitatif.
Setelah 10 menit dari penambahan reagen Biuret, baca absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm terhadap blanko yang berisi reagen Biuret dan dapar asetat pH 5. Perhatikan adanya faktor pengenceran dan absorban sampel sedapat mungkin harus masuk dalam kisaran absorban kurva baku.
5. Metode Spektrofotometri UV
Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triptofan, tirosin dan fenilalanin yang mempunyai gugus aromatik. Triptofan mempunyai absorbsi maksimum pada 280 nm, sedang untuk tirosin mempunyai absorbsi maksimum pada 278 nm. Fenilalanin menyerap sinar kurang kuat dan pada panjang gelombang lebih pendek. Absorpsi sinar pada 280 nm dapat digunakan untuk estimasi konsentrasi protein dalam larutan. Supaya hasilnya lebih teliti perlu dikoreksi kemungkinan adanya asam nukleat dengan pengukuran absorpsi pada 260 nm. Pengukuran pada 260 nm untuk melihat kemungkinan kontaminasi oleh asam nukleat. Rasio absorpsi 280/260 menentukan faktor koreksi yang ada dalam suatu tabel. sekian :)
Penggolongan protein berdasar komposisi kimia
BalasHapusBerdasar komposisi kimianya, protein dibedakan atas protein sederhana dan protein konyugasi. Protein sederhana hanya terdiri atas asam amino, dan tidak ada gugus kimia lain. Contohnya ialah enzim ribonuklease.
Protein konyugasi terdiri atas rantai polipeptida yang terikat pada gugus kimia lain. Bagian yang bukan asam amino dari protein konyugasi disebut gugus prostetik. Protein konyugasi digolongkan berdasarkan jenis gugus prostetiknya. Beberapa di antaranya diberikan pada Tabel berikut ini.
Tabel. Beberapa protein konyugasi
Golongan
Gugus prostetik
Contoh
Lipoprotein
Lipid
Lipoprotein darah
Glikoprotein
Karbohidrat
g-Globulin darah
Fosfoprotein
Gugus fosfat
Kasein susu
Hemoprotein
Heme
Hemoglobin
Metal protein
Besi, seng, tembaga
Alkoholdehidrogenase
Biasanya gugus prostetik pada protein memegang peranan penting di dalam fungsi biologi.
Penggolongan protein berdasar bentuk
Berdasarkan bentuk protein dibedakan atas protein globular dan protein serabut. Pada protein globular rantai atau rantai-rantai polipeptidanya berlipat rapat menjadi bentuk globular atau bulat padat.
Protein globular biasanya larut dalam air dan mudah berdifusi. Hampir semua protein globular mempunyai fungsi gerak atau dinamik, seperti enzim, protein transpor darah, dan antibodi. Protein serabut merupakan serabut panjang dan tidak berlipat menjadi globular. Protein serabut tidak larut dalam air. Hampir semua protein serabut mempunyai fungsi struktural atau pelindung. Contohnya adalah α—keratin pada rambut dan wol, fibroin dari sutera, dan kolagen dan urat
Penggolongan protein berdasar fungsi biologi
Berdasarkan fungsi biologi, protein dapat dibedakan atas 7 golongan, yaitu:
Enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Hampir semua reaksi senyawa organik dalam sel dikatalisis enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan. Contohnya, ribonuklease dan tripsin.
Protein transpor, yaitu protein yang mengikat dan memindahkan molekul atau ion spesifik. Hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen dan paru-paru, dan membawanya ke jaringan periferi. Lipoprotein dalam plasma darah membawa lipid dari hati ke organ lain. Protein transpor lain terdapat dalam dinding sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan nutrien lain melalui membran ke dalam sel.
Protein nutrien dan penyimpan, ialah protein yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Contohnya ialah protein yang terdapat dalam biji-bijian seperti gandum, beras, dan jagung. Ovalbumin pada telur, dan kasein pada susu, juga merupakan protein nutrien.
Protein kontraktil, yaitu protein yang memberikan kemampuan pada sel dan organisme untuk mengubah bentuk, atau bergerak. Contohnya ialah aktin dan miosin, yaitu protein yang berperan dalam sistem kontraksi otot kerangka.
Protein struktur, yaitu protein yang berperan sebagai penyanggah untuk memberikan struktur biologi kekuatan atau perlindungan. Contohnya ialah kolagen, yaitu komponen utama dalam urat dan tulang rawan, Contoh lain adalah keratin yang terdapat pada rambut, kuku, dan bulu ayam/burung; fibroin, yaitu komponen utama dalam serat sutera dan jaring laba-laba.
Protein pertahanan (antibodi), yaitu protein yang melindungi organisme terhadap serangan organisme lain (penyakit). Contohnya adalah imunoglobin atau antibodi yang terdapat dalam vertebrata, dapat mengenali dan menetralkan bakteri, virus, atau protein asing dari spesi lain. Fibrinogen dan trombin merupakan protein penggumpal darah jika sistem pembuluh terluka. Bisa ular dan toksin bakteri, juga tampaknya berfungsi sebagai protein pertahanan.
Protein pengatur, yaitu protein yang berfungsi mengatur aktivitas seluler atau fisiologi. Contohnya ialah hormon, seperti insulin yang mengatur metabolisme gula darah. Kekurangan insulin akan menyebabkan penyakit diabetes. Contoh lain adalah hormon pertumbuhan dan Hormon seks.
Hal yang luar biasa bahwa semua protein itu, dengan sifat, dan fungsi yang sangat beragam, terbuat dari 20 jenis asam amino yang sama.